Syaifur Rizal Sebuah jurnal

Apple oh Apple

Ketika Apple meluncurkan produk iPhone mereka yang tanpa disertai koneksi kabel ke headset, hal pertama yang terlintas di dalam kepala saya ketika itu adalah, “Apple bedebah!”

Rasa kesal saya ketika itu tidak lain karena seperti yang sudah-sudah, hampir pasti langkah Apple akan dibuntuti oleh produsen-produsen perangkat ponsel pintar lain—dan tentu saja hal tersebut benar-benar terjadi meski terbatas pada beberapa perangkat level menengah dan atas.

Walaupun demikian, saya juga mengakui jika dari sudut pandang kepraktisan pemakaian, sudah pasti perangkat nirkabel jauh lebih nyaman dibandingkan yang masih menggunakan kabel.

Anda mungkin seperti saya yang pernah kerepotan ketika harus beratraksi mencuci motor menggunakan celana pendek tanpa saku sambil mendengarkan musik—dengan ponsel pintar harus diselipkan di celana dengan kabel headset yang bergelantungan. Lalu ketika pada satu pose atraksi penting semisal membungkuk untuk membersihkan bagian bawah mesin, tiba-tiba saja kabel headset tersenggol tangan yang mengakibatkan ponsel pintar terlempar ke paving.

Itupun masih lumayan ketimbang ponsel yang diselipkan di celana tanpa saku tadi tiba-tiba saja meluncur masuk ke dalam celana, lalu keluar dari lubang bawah calana, dan terus meluncur hingga kemudian sudut ponsel menghantam salah satu jari kaki. Bayangkan juga bagaimana jika hal ini terjadi pada bapak-bapak yang hobinya pakai sarung dan menyelipkan ponselnya di dalam gulungan ikat sarung.

Pun demikian dengan segala kerepotan menggunakan headset yang masih menggunakan kabel, setidaknya ketika sedang butuh kita bisa langsung colok dan tidak perlu untuk memikirkan soal baterai. Juga tidak perlu memikirkan versi Bluetooth berapa yang sedang kita pakai karena Bluetooth versi lama jika digunakan untuk mengkonsumsi konten video, antara adegan visual di layar dan suara akan telat beberapa saat—tidak seru kalau suara yang kita dengar telat satu atau dua detik dari adegan yang kita lihat di layar.

Tidak sekali itu saja Apple membuat tren-tren yang membuat saya kesal—modul kamera yang tidak rata dengan bagian belakang ponsel, memotong layar ponsel untuk modul kamera depan, dan beberapa yang lain yang buntutnya juga diikuti perusahaan-perusahaan ponsel lainnya.

Masih belum lama ini, Apple juga meluncurkan produk kain lap seharga $200 dan itu harganya hampir sama dengan laptop yang sekarang saya gunakan untuk mengetik blog ini—edan Pak-Buk!

Yah begitulah, saya benar-benar benci dengan perusahaan yang satu itu. Dan andai saja ada perusahaan nasional yang memiliki moat seperti Apple serta listing di BEI sudah pasti akan saya beli dan koleksi sahamnya. 😝️