Syaifur Rizal Sebuah jurnal

Right Issue

Ada banyak alasan ketika sebuah emiten melakukan right issue untuk penambahan modal. Mulai untuk pengembangan bisnis, menambal macetnya cash flow operasional akibat macetnya piutang, hingga untuk membayar kewajiban hutang.

Dari alasan-alasan di atas, mungkin yang tampak paling ideal dipermukaan adalah ketika right issue tersebut dilakukan dengan tujuan untuk pengembangan bisnis.

Apalagi jika emiten tersebut memiliki catatan terus bertumbuh dan mencetak laba dalam beberapa tahun terakhir—dan masih ditambah lagi jika mereka tidak pernah absen untuk membagikan dividen.

Seharusnya sulit rasanya untuk tidak percaya bahwa penyaluran modal segar yang akan didapatkan nanti akan disalah gunakan.

Tapi entah mengapa pikiran saya selalu saja melayang ke sisi gelap antah-brantah—bingung sendiri.

Bayangkan seperti ini: sebuah emiten besar, bisnisnya selalu cuan dan ditambah lagi mereka masih bisa membagikan sekian persen cuan itu ke pemilik modal dalam bentuk dividen, tapi kok bisa-bisanya mereka butuh tambahan modal untuk pengembangan bisnis?

Kalaupun bisnis yang akan dikembangkan begitu butuh banyak sekali modal dan jumlahnya melebihi jumlah keuntungan yang ditahan, bukankah ini justru memperlihatkan bahwa manajemen mengambil keputusan pengembangan bisnis secara dadakan?

Jika perencanaan bisnisnya benar, harusnya mereka bisa memperkirakan jumlah modal yang akan dibutuhkan dan sudah menyiapkannya dari keuntungan bisnis periode-periode sebelumnya yang ditahan.

Aneh bukan?

Untuk alasan lainnya seperti macetnya cash flow operasional akibat piutang macet atau untuk membayar hutang, justru saya merasa lebih mudah dalam mengambil keputusan; hold dan tebus right issue, hold dan jual warrant, hold saja dan membiarkan warrant hangus, atau jual keseluruhan.

Mengapa?

Karena untuk dua alasan terakhir ini menurut saya sudah jelas tujuan modal yang akan didapat akan ke mana dan lebih mudah untuk dinilai.

Simple-nya, jika sebelum-sebelumnya si emiten baik-baik saja dan tiba-tiba saja mengalami masalah cash flow atau kesulitan membayar hutang, artinya mereka sedang apes. Dan yang beginian biasanya akan saya pertimbangkan untuk hold.

Namun jika sebelum-sebelumnya sudah terlalu banyak melakukan right issue, sudah pasti akan saya jual (tapi biasanya kalau emiten sudah kebanyakan right issue saya malas untuk mengoleksi saham mereka).

Diperbaharui: 2021-10-11