Syaifur Rizal Sebuah jurnal

Best Price dan Value

Jika sering masuk di suatu forum saham, terkadang kita akan menemukan diskusi—yang terkadang malahan menjadi perdebatan hingga pada akhirnya menjadi sebuah pertikaian—mengenai suatu saham ABCD apakah sudah murah atau masih mahal atau bahkan ada yang mengatakan murahan.

Apalagi jika salah satu dari peserta diskusi sudah memiliki saham ABCD di dalam portfolionya, maka makin dramalah diskusi yang terjadi. Pokoknya kerenlah, selevel dengan sinetron-sinetron beken di tahun 90-an!

Kenapa bisa muncul perbedaan soal mahal dan murah?

Sebenarnya alasan mengapa muncul penilaian soal harga suatu saham antara mahal dan murah itu sepele (setidaknya begitulah menurut saya).

Semisal saja ketika Anda membeli sebuah konsol game—katakanlah PS5. Bagi Anda barangkali konsol tersebut murah dan bahkan meriah. Tapi hampir pasti barang itu tidak murah bagi pasangan Anda

Tips dari Twitter: belikan juga pasangan Anda barang yang dia inginkan, dengan harga yang setara, agar PS5 Anda menjadi murah menurut pasangan Anda.

Atau barangkali sebaliknya. Ketika pasangan Anda membeli suatu produk kecil seukuran genggaman tangan dari toko online seharga seperlima juta—yang mana produk kecil itu isinya akan habis dalam waktu satu bulan.

Bagi Anda bisa jadi transaksi pasangan Anda itu sebuah pemborosan—tapi Anda diam saja dan tidak berharap untuk disogok dengan dibelikan sesuatu karena Anda merasa tidak nyaman tidur di ruang tamu.

Dua hal di atas adalah contoh dimana tiap individu bisa memberikan nilai yang berbeda pada sebuah barang. Bagi A, bisa jadi murah. Tapi bagi B, bisa jadi itu mahal terlepas berapa banyak digit angka yang berubah di rekening tabungan.

Uang Rp 2.000-an pun bisa menjadi sebuah harga yang sangat mahal ketika membayar parkir sepeda motor kepada penjaga parkir beraliran ninjutsu yang tiba-tiba saja muncul entah dari mana.

PS5 tadi di atas bisa jadi murah bagi Anda karena ada sesuatu yang bisa Anda dapatkan dari konsol itu.

Semisal saja Anda bisa memfotonya lalu menyiarkan foto tersebut di Instagram. Atau Anda pada akhirnya bisa meletakkan sesuatu di sekitar televisi Anda yang selama beberapa tahun terakhir ini berdiri sendirian di atas meja. “Alangkah malangnya televisi itu,” kata Anda di dalam hati.

Tapi sayangnya PS5 itu tidak ada fungsinya sama sekali bagi pasangan Anda selain hanya mengubah digit-digit angka di rekening bank.

Nilai adalah relatif dan harga hanya sebuah pengejawantahan

Jadi jelas bukan? Jika si A sudah menganggap suatu barang itu murah dan bisa memberikan suatu nilai tambah—baik nilai tambah itu langsung didapatkan usai membeli atau nilai tambah itu baru datang bertahun-tahun setelahnya–harga berapapun yang ditawarkan kepada si A akan tetap saja dianggap murah olehnya.

Sebaliknya jika si A menganggap suatu barang itu mahal dan tidak bisa memberikan nilai tambah, mau diberi diskon hingga 60%-pun akan masih dianggap mahal olehnya.

Diperbaharui: 2023-08-21