Syaifur Rizal Sebuah jurnal

Buyback, EPS, dan Value Creator Riil Emiten

Musibah pandemik belum berakhir dan masih banyak negara yang berjuang untuk mengendalikan musibah tersebut; Indonesia salah satunya. Perhari ini, 5 April 2020, jumlah pasien positif mencapai 2273 orang yang terdiri dari: 1911 dalam perawatan, 164 sembuh, dan 198 meninggal dunia.

Ada beberapa negara yang memberlakukan lockdown (atau menutup diri) untuk mencegah semakin besarnya penyebaran wabah ini. Meski tidak semua, setidaknya mereka kebanyakan menganjurkan kepada warga negaranya untuk melakukan social distancing atau berusaha sebisa mungkin untuk tidak bergerombol. Selain itu ada juga negara yang melarang warganya untuk keluar rumah kecuali untuk hal-hal yang penting.

Konsekuensinya bagi para pengusaha di beberapa negara tertentu, mereka juga dilarang untuk melakukan kegiatan usaha normal sehari-hari kecuali pada bidang-bidang usaha esensial. Selain itu juga disarankan agar karyawan-karyawan mereka untuk sebisa mungkin berkerja dari rumah.

Bagaimana dengan di Indonesia?

Di sini sepertinya masih cukup longgar. Kegiatan usaha masih banyak yang berjalan meski sepintas tampak lebih sepi.

Buyback dan EPS

Dalam keadaan dunia usaha seperti ini, adalah wajar jika pasar saham merespon dengan aksi jual besar-besaran akhir-akhir ini. Bahkan IHSG selama bulan Maret 2020, turun dari 5400-an hingga pernah mencapai angka 3900-an; kurang-lebih -27%!

Dibayangi dengan kekhawatiran oleh larinya uang keluar dari pasar modal, terutama jika uang tersebut nantinya dikonversi menjadi USD, pemerintah dan OJK memberikan ijin kepada seluruh perusahaan yang listing di BEI untuk melakukan aksi buyback saham mereka tanpa perlu mendapatkan persetujuan melalui rapat umum pemegang saham atau RUPS.

Sebagai orang yang ikut berinvestasi saham di BEI, tentu saja saya ikut senang. Setidaknya hal tersebut menjadi sentimen positif agar harga saham-saham di bursa tidak terus longsor.

Tapi buat apa? Apakah lantas dunia usaha riil akan bangkit seketika ketika aksi buyback dilakukan? Apakah lantas revenue riil perusahaan akan meningkat tajam?

Satu-satunya yang barangkali akan meningkat hanya rasio keuangannya relatif terhadap jumlah saham beredar; dan ini merupakan peningkatan value perusahaan yang semu dan sementara.

Kita bayangkan saja semisal kondisi wabah ini akan masih berlangsung selama tahun 2020 (tapi semoga hal ini tidak terjadi), sedangkan aksi buyback besar-besaran dilakukan pada kwartal sekarang (karena telah memasuki bulan April, berarti sekarang adalah kwartal ke-2). Bukankah aksi buyback tersebut hanya akan mempercantik EPS pada kwartal ke-2 ini saja? Bagaimana dengan kwartal ke-3 dan ke-4 di saat dunia usaha masih lesu akibat wabah pandemik seperti yang sekarang ini sedang terjadi?

Siapa yang paling diuntungkan dengan ilusi kenaikan EPS akibat dari aksi buyback? Bonus karena perusahaan mengalami kenaikan EPS-kah?

Value Creator Riil Emiten

Sebuah perusahaan bisa tumbuh semakin besar, salah satunya adalah karena perusahaan tersebut berada di bawah kepemimpinan manajemen yang handal. Sedangkan sebuah manajemen yang handal di belakangnya ada karyawan-karyawan yang bekerja dengan solid untuk memajukan perusahaan tempat mereka bekerja.

Nonsense jika hanya dengan sebuah manajemen handal saja mampu memajukan sebuah perusahaan.

Mungkin orang bisa berargumen, manajemen handal sudah cukup. Soal karyawan bisa dengan mudah untuk diganti. Menurut saya ini salah besar. Akan habis waktu yang dibutuhkan sebuah perusahaan untuk melatih dari awal karyawan-karyawan baru agar memiliki ketrampilan spesifik sesuai dengan tugasnya.

Bagaimana dengan opsi outsourcing? Bukankah ini merupakan sumber tenaga kerja murah dan mudah untuk diganti-ganti?

Sama saja. Meskipun tanggung jawab untuk melakukan pelatihan bisa dibebankan kepada manajemen outsourcing, hal tersebut juga membutuhkan waktu. Terlalu memaksakan atau menekan jasa outsourcing juga sama saja. Mengganti jasa outsourcing dari satu ke yang lain juga sama saja.

Di saat seperti inilah kita bisa melihat perusahaan mana yang mampu menghargai jasa karyawan mereka; perusahaan yang mampu melihat siapa di dalam struktur organisasi mereka yang memiliki kontribusi besar dalam menciptakan dan menumbuhkan value kepada perusahaan.

Bagaimana caranya? Yaitu dengan melihat siapa di antara perusahaan-perusaahan itu yang sudah melakukan proteksi kepada karyawan-karyawan mereka, baik karyawan tetap maupun outsourcing, dari musibah wabah virus covid-19 ini; dan bukan perusahaan yang sibuk melakukan buyback tapi di sisi lain melakukan pemotongan insentif atau bahkan melakukan phk besar-besaran kepada karyawan-karyawan mereka yang merupakan value creator perusahaan.

Diperbaharui: 2023-08-21