Syaifur Rizal Sebuah jurnal

Ketika Prinsip Investasi Dikhianati

Sejak awal, prinsip investasi saya adalah mencari perusahaan sehat dan salah harga. Sehat di sini dalam artian perusahaan ini terus bertumbuh minimal lima tahun terakhir. Sedangkan salah harga adalah dalam artian harga di pasar sekarang tidak mencerminkan valuasinya saat ini berdasarkan laporan keuangan terakhir.

Prinsip inilah yang saya khianati di akhir bulan April 2019.

Ketika membaca berita-berita positif mengenai perkembangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China sejak tahun 2018, saya berpikir bahwa akan sangat sulit mencari lagi perusahaan-perusahaan sehat dan salah harga sebagaimana definisi di paragraf awal.

Oleh sebab itu, saya memutuskan untuk mengabaikan prinsip tersebut dan hanya melihat peluang growth yang sekiranya bisa memberikan risk-reward memadai.

Hasilnya? Boom!

Perundingan antara salah dua pemimpin ekonomi dunia, presiden Trump dan Xi Jinping, gagal total! Bahkan mereka sekarang kembali saling berbalas untuk menaikkan tarif impor.

Belum reda juga, kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi kembali menghantui ketika pengumuman trade balance Indonesia mengalami defisit lebar.

Setelah habis jatuh tertimpa tangga, kini makin diperparah dengan kejatuhan genteng. Yaitu dua hal di atas, mengenai perang dagang dan defisit neraca perdagangan, terjadi di bulan-bulan di mana banyak emiten yang usai cumdate dividend yang biasanya disusul dengan harga longsor akibat aksi taking profit para pemburu sentimen dividen.

Harusnya di saat seperti ini adalah saat yang sangat tepat mulai mengawasi dan bersiap menginisiasi saham-saham yang memiliki fundamental baik dan salah harga. Namun karena ketidak patuhan mengikuti prinsip investasi, sekarang saya hanya bisa ngiler, sengiler-ngilernya, karena kas sudah menipis.

Btw, saya mulai aktif di dunia saham sejak Desember 2018. Jadi sepertinya peluang yang tercipta sebagaimana di awal tahun 2018 kemarin, ketika akan datang kembali di kuartal dua tahun 2019 (tapi semoga saja cepat balik bullish, hehehe…), kesempatan itu harus saya lewatkan.

Rejeki itu rumit kalau kitanya ndak sabar.

Diperbaharui: 2021-10-11